silahkan klik daftar isi urzais

12 Januari 2009

makalah filsafat dakwah

Tujuan Mengkaji Filsafat
Dakwah Islam
Oleh: Moh. Ismail*

PEMBAHASAN
Sejarah pemikiran dakwah sebagai suatu disiplin keilmuan, dimulai pada tahun 1918 di fakultas ushuluddin universitas Al-Azhar dengan pencetus gagasannya ialah Syaikh Ali Mahfudz dalam tulisannya mengenai “Al-Wa’dhu wa Al-Irsyad” dalam bukunya yang menjadi teks dakwah, hidayat Al-Mursyidi fi Thuruq Al-Wa’dhi wa Al-Hidayah. Oleh karenanya, farid mengusulkan bahwa tahun 1918 merupakan tahun lahirnya ilmu dakwah dan hidayat Al-Mursyidin fi Thuruq Al-Wa’dhi wa Al-Hidayah dianggap sebagai kitab pertama dibidang dakwah.

Filsafat suatu ilmu merupakan landasan pemikiran dari ilmu bersangkutan, titik tolak bagaimana ilmu tersebut bermaksud mencapai tujuannya, filsafat yang bertemu dengan disiplin tertentu akan menjawab masalah-maslaah yang tidak dapat dijwab oleh disiplin yang bersangkutan. Artinya masalah tersebut berkaitan dengan disiplin keilmuan akan tetapi perangkat ilmu atau metode keilmuan tidak dapat menjangkaunya, lalu apakah definisi filsafat dakwah itu? Filsafat dakwah tentunya juga berusaha untuk menjawab persoalan-persoalan yang tidak dapat dijawab oleh metode keilmuan dakwah, sebab yang dikaji ialah sesuatu yang berada di luar disiplin dakwah yang empiris. Filsafat dakwah berusaha menjawab apakah hakekat dakwah (dimensi ontologis), bagaimanakah dakwah dapat direalisasikan secara lebih memanusiakan manusia (aspek epistimologis) dan bagaimanakah dakwah berdaya guna (dimensi aksiologis). Jadi filsafat lebih berorientasi secara rasional dan konseptual ketimbang dimensi-dimensi emperisnya. Dengan demikian, definisi filsafat dakwah ialah pemikiran mendalam dan konseptual yang menggunakan metode kefilsafatan yang relevan untuk memahami usaha merealisasikan ajaran islam dalam dataran kehidupan manusia melalui strategi, metode dan system yang relevan dengan mempertimbangkan aspek masyarakat.

Sebelum lebih jauh membahas tujuan mengkaji filsafat dakwah, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui fungsi dan tujuan dakwah:

A. Fungsi Dakwah
Islam adalah ajaran Allah yang sempurna dan diturunkan untuk mengatur kehidupan individu dan masyarakat. Akan tetapi, kesempurnaan ajaran islam hanya merupakan ide dan angan-angan saja jika ajaran yang baik itu tidak disampaikan kepada manusia. Lebih-lebih jika ajaran itu tidak diamalkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, dakwah merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam keseluruhan ajaran islam. Dengan dakwah, islam dapat diketahui, dihayati, dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. Sebaliknya, tanpa dakwah terputuslah generasi manusia yang mengamalkan islam dan selanjutnya islam akan lenyap dari permukaan bumi. Kenyataan eratnya kaitan dakwah dan islam dalam sejarah penyebaran sejak diturunkan islam kepada manusia Max Muller membuat pengakuan bahwa islam adalah agama dakwah yang di dalamnya usaha menyebarkan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum memercayainya dianggap sebagai tugas suci oleh pendirinya atau oleh para pengikutnya.
Melemahnya kekuatan rohaniah kaum muslimin saat ini banyak disebabkan karena mereka secara berangsur-angsur meninggalkan ajaran islam dalam banyak segi kehidupannya satu-satunya sebab kemunduran social dan cultural kaum muslimin terletak pada realitas bahwa mereka secara bersangsur-angsur melalaikan jiwa ajaran islam. Islam adalah agama mereka, akan tetapi tinggal jasad jiwa mereka. Melemahnya kesadaran manusi untuk beragama atau kekurang pekaan mereka terhadap panggilan ilahiah menurut Abul Hasan An-Nadwy disebabkan hilangnya indra keenam, yaitu indra agama.
Dakwah islam bertugas memfungsikan kembali indra keagamaan manusia yang memang telah menjadi fikri asalnya, agar mereka dapat menghayati tujuan hidup yang sebenarnya untuk berbakti kepada Allah. Sayid qutub mengatakan bahwa (risalah) atau dakwah islam ialah mengajak semua orang untuk tunduk kepada Allah Swt. Taat kepada Rosul. Dan yakin akan hari akhirat. Sasarannya adalah mengeluarkan manusia menuju penyembahan dan penyerahan seluruh jiwa raga kepada Allah Swt. Dari kesempitan dunia ke alam yang lurus dan dari penindasan agama-agama lain sudahlah nyata dan usaha-usaha memahaminya semakin mudah sebaliknya, kebatilan sudah semakin tampak serta akibat-akibatnya sudah dirasakan di mana-mana. Dengan demikian dakwah yang menjadi tanggung jawa kaum muslimin adalah bertugas menuntun manusia ke alam terang, jalan kebenaran dan mengeluarkan manusia yang berada dalam kegelapan kedalam penuh cahaya.
Dari uraian di atas, maka dapat disebutkan fungsi dakwah adalah:
o Dakwah berfungsi untuk menyeberkan islam kepada manusia sebagai individu dan masyarakat sehingga mereka merasakan rahmat islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin bagi seluruh makhluk Allah SWT.
o Dakwah berfungsi melestarikan nilai-nilai islam dari generasi ke generasi kaum muslimin berikutnya sehingga kelangsungan ajaran islam beserta pemeluknyadari generasi ke generasi berikutnya tidak terputus.
o Dakwah berfungsi korektif artinya meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran dan mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

B. Tujuan Dakwah
Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman menajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu. Tujuan (objective) diasumsikan berbeda dengan sasaran (goals). Dalam tujuan memiliki target-target tertentu untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan sasaran adalah pernyataan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk menentukan arah organisasi dalam jangka panjang. Sebenarnya tujuan dakwah itu adalah tujuan diturunkan ajaran islam bagi umat manusia itu sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah, serta akhlak yang tinggi.
Salah satu contoh pokok dari Rasulullah Saw adalah membawa amanah suci berupa menyempurnakan akhlah yang mulia bagi manusia. Dan akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah Al-Qur’an itu sendiri sebab hanya kepada Al-Qur’an-lah setiap pribadi muslim itu akan berpedoman.
Secara umum tujuan dakwah dalam Al-Qur’an adalah:
• Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.
• Agar manusia mendapatkan ampunan atas segala dosa-dosanya dan menghindarkan azab dari Allah.
• Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutannya.
• Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-pecah.
• Mengajak dan menuntun kejalan yang lurus.
• Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam lubuk hati masyarakat.
Secara teoritis konseptual, filsafat dakwah dapat menjadi instrument dalam merumuskan pokok-pokok esensial dari foktrin agama islam yang berdimensi Rahmatan Lil A’lamin, sehingga produk perumusan ini akan berbentuk pemahaman yang utuh (tidak persial) tentang subtansi islam, yang dalam level aplikatifnya dapat memunculkan inovasi bermutu dan responsive dan tantangan hidup. Sedangkan secara aksiologis, filsafat dakwah mendorong setiap individu manusia untuk selalu meneladani sifat-sifat terpuji dari Nabi Muhammad SAW beserta tradisi kehidupan yang secara moral dan mental tanpa cela, sehingga di dalam jiwa (rohani) manusia akan terpatri suatu kesadaran eksitensial, bahwa dirinya adalah khalifahtullah di muka bumi yang bertugas mulia untuk memakmurkannya secara berkemanusian.
Obyek kajian filsafat dakwah ialah pemikiran yang mendalam dan radikal, logis dan sistematis tentang proses usaha merealisasikan ajaran islam dalam dataran kehidupan umat manusia melalui strategi, metodelogis dan system yang relevan dengan mempertimbangkan dimensi masyarakat khususnya umat islam.
Ada beberapa tujuan dalam mengkaji filsafat dakwah islam antara lain yaitu:

A. Mendalami hasanah pemikiran filsafat dakwah islam yang ternuansakan dalam berbagai pemikiran islam yang klasik. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk memahami pemikiran teologi mu’tazilah, maturidiyah, asyariyah, mazhab syi’ah, filsafat islam di timur, dan filsafat islam barat beserta para ilmuannya sehingga kita bisa menggali atau mengambil manfaat yang ada dalam pemikiran klasik tersebut.




Pemikiran teologi mu’tazilah mempunyai lima prinsip atau yang dikenal dengan Al-Ushul Al-Khasmsah atau pencasila mu’tazilah:
 Al-Manzilah bain Al-Manzilataini “posisi diantara dua posisi”
 Peniadaan sifat-sifat tuhan
 Al-Adlu “keadilan tuhan”
 Al-Wa’d wa Alwaid “janji baik dan ancaman”
 Al-Amr bi Al-Ma’ruf wa Al-Nahy ‘An Al-Munkar “memerintah orang untuk bebuat baik dan melarang orang berbuat jahat”
Dalam teologi asya’ariyah ada tiga masalah yang mereka bahas:
 Akal pikir hanya berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tuhan tak lebih dari kapasitas ini.
 Tuhan menciptakan perbuatan, daya dan kehendak manusia sehingga kapasitas kereatif manusia adalah nihil.
 Tuhan tidak mutlak harus melaksanakan janji (surga) dan ancaman-Nya (neraka) ia maha kuasa mengampuni.

B. Menggali pemikiran baru tentang filsafat dakwah islam baik dari akses kepustakaan maupun studi kasus yang konklusinya edukatif. Dalam hal ini kita dianjurkan untuk mendayagunakan metodologi dakwah islam yang baku. Atau menerima metode-metode baru dari perkembangan ilmu komunikasi yang secara konvergensif dimanfaatkan semua.

Dijelaskan bahwa metodelogi berfikir dalam filsafat dakwah ialah cara-cara sistematis merumuskan visi dan misi islam yang akan dikomunikasikan lewat metodelogi dakwah yang utuh supaya target misi itu bisa tercapai secara efektif dan efisien dalam perubahan-perubahan sikap mental dan prilaku dianamis masyarakat kini dan nanti. Ada dua langkah metodelogi berfikir dalam filsafat islam:
 Langkah metodelogi secara internal, misalkan: sang Da’I harus memperdalam ilmu-ilmu keislaman, metode-metode berfikir (logika dan filsafat), ilmu-ilmu pskologi, sosiologi, antropologi, ilmu komunikasi massa dan ilmu politik, ditambah pengkuatan integritas (moral) pribadi, karakter kepemimpinan dan ketauladan yang nyata.
 Langkah metodologi secara ekternal, misalnya: sang da’I harus bersikap terbuka (supel) dalam lintas pergaulan, menghindari sikap-sikap keningratan, lugas dalam menjelaskan masalah keislaman, menerapkan system pengkaderan selektif dalam kelembagaan dakwah yang professional, dan membuat program nyata masyarakat yang sedang menderita dan sebagainya.

C. Merumuskan konsep bahwa manusialah yang membutuhkan pada agama islam. Bukan islam yang membutuhkan mereka jadi setiap manusia secara psikologis merasa haus mendapatkan “kebahagiaan hati nurani” (fithroh) sehingga nilai kebenaran yang hakiki harus diperjuangkan mati-matian dan dunia hanyalah sebagai persinggahan (jembatan) yang amat sementara menuju kehidupan yang abadi di akherat. Karena itu hidup di dunia harus beramal shaleh.

Dulu adam dan hawa berada di surga, demikian menurut islam dan beberpa agama lain, lalu Tuhan menginginkan mereka hidup di dunia untuk sementara. Tuhan berkata kepada Adam dan Hawa: berangkatlah kalian ke dunia. Timbul kekhawatiran, bagaimana caranya hidup di dunia itu? Tuhan memberikan jaminan: nanti kalau Adam dan Hawa sudah sampai di dunia, Tuhan akan mengirimkan petunnjuk. Isi petunjuk ituialah tentang cara hidup di dunia. Peraturan tentang cara hidup di dunia inilah yang disebut agama. Berdasarkan berbagai bahan bacaan kita mengetahui bahwa definisi agama banyak sekali. Dari sekian bayak definisi itu agaknya dapat dibagi menjadi dua kelompok. Yang pertama ialah definisi agama yang menekankan segi rasa iman atau kepercayaan, yang kedua menekankan segi agama sebagai peraturan tentang cara hidup. Kombinasi kedua-duanya mungkin merupakan definisi yang lebih memadai dengan kepercayaan tersebut. Dapat juga: Agama ialah peraturan tentang cara hidup, lahir dan batin.

Mengapa manusia membutuhkan kepada agama, sedikitnya ada tiga alasan:
1. Secara kodrat manusia diciptakan oleh Allah SWT. Lengkap dengan institusi keagamaan atau fitrah keagamaan di dalam jiwanya. Potensi keagamaan ini tercipta di kedalaman hati nurani jiwanya sebagai sebuah sikap keberpihakan kepada suatu kebenaran yang mutlak, yaitu Allah SWT. Bahkan subtansi hati nurani itu bersaksi langsung di hadapan Allah SWT. Bahwa hanya Allah SWT sebagai Tuhan yang disembahnya, bukan yang lain. Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172 sebagai berikut: “dan ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).
2. Kapasitas atau potensi umat manusia yang serba terbatas dalam menjalani kehiduplan dunia. Walaupun dirinya dan akal pikirannya, maupun dari segi kesempatan dan peluang untuk lebih sukses ia pun banyak mempunyai kekurangan atau ketidakberdayaan menjalani kehidupan yang sering kali amat bercorak misteri. Potensi lebih (baik) atau potensi kurang (buruk) pada diri manusia terletak didalam nafs dirinya. Seperti yang dijelaskan Al-Qur’an surat Al-Syams ayat 7-8 : “Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan Allah mengilhamkan kepadanya kefasikan dan ketakwaan.” Kosa kata mengilhamakan dalam ayat diatas bermaka memberi potensi agar supaya manusia melalui nafs dapat menangkap (sensitif) makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan atau terjerumus pada suatu keburukan (dosa).
3. Karena umat manusia senantiasa berhadapan dengan berbagia macam tantangan dalam menjalani kehidupan dunia yang sekarang ini terasa semakin kompetitif. Tantangan itu bisa datang dari dalam dirinya yang berbentuk dorongan hawa nafsu negative, atau muncul dari luar dirinya yang berbentuk aneka budaya atau interaksi social yang destruktif. Dorongan atau motivasi yang destruktif itu bagaikan sekelompok orang-orang kafir yang selalu berusaha menjerumuskan umat manusia yang beragama islam ke tindakan-tindakan penuh dosa atau syirik kepada Allah SWT. Tentang hal ini Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 36 menjelaskan: “Sesungguhnya orang-orang kafir itu memanfaatkan harta benda mereka untuk menhalangi (orang-orang) dari jalan Allah SWT.” Tantangan hari luar ini secara umum berbentuk gerakan-gerakan kebatilan yang secara intensif memulai dengan upaya mengeroposkan dimensi keimanan umat islam. Gerakan-gerakan, yang tongkat komandonya lebih sering dikendalikan oleh amerika serikat dan beberapa Negara barat plus Negara Israel, sangan tidak senang melihat komunitas dunia umat islam mengalami kemajuan peradaban di sector apapun, terutama dibidang iptek.
Ketiga macam alasan keberagamaan umat manusia seperti yang tertetera diatas secara tidak langsung dapat mengoreksi klaim ketidak-beragamaan para penganut ideology komunisme. Sebab bertuhan 0 (nol) adalah sesuatu yang tidak rasional. Oleh karena itu, sepanjang jiwa dan rohani seseorang berfungsi sehat dan normal dapat dipastikan ia amat membutuhkan agama, persis seperti yang diungkapkan oleh Seyyed Hossein Nasr. Manusia sangat membutuhkan agama. Tanpa agama ia belum menjadi manusia yang utuh. Hanya turut sertanya dalam tradisi yang berupa petunjuk Tuhan tentang cara hidup dan befikir dapat membawa kepada kesadaran tentang arti diri dan kehidupan.

D. Menegakkan argumentasi rasional dalam perumusan system dakwah islam agar supaya tidak mudah di-dekonstrusi siapa pun, dari argumentasi tersebut kita bisa berpijak pada fakta-fakta empiris yang secara hipotesis dapat diperkuat dengan argumentsi deduktif, baik lewat penggunaan dalil NAQLI maupun dalil ‘AQLI dalam arti luas.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: Serulah manusia kepada jalam Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125)



Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa system dakwah itu meliputi tiga macam, yaitu:

1. Al-Hikmah
M. Abduh berpendapat bahwa, hikmah adalah mengetahui rahasia dan faedah di dalam tiap-tiap hal. Hikmah juga diartikan dalam arti ucapan yang sedikit lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada tempat atau semestinya. Prof. DR. Toha Yahya Umar, M.A., mengartikan meletakkan sesuatu pada tempatnya dengan berpikir, berusaha menyusun dan mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak bertentengan dengan larangna Tuhan. Sebagai metode dakwah, Al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.
Dari pembahasan diatas dapat dipahami bahwa Al-Hikmah adalah merupakan kemampuan da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi obyektif mad’u. disamping itu juga Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, Al-Hikmah adalah sebagai sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.

2. Al-Mau’idzatil Hasanah
Secara bahasa, mau’izatil hasanah terdiri dari dua kata, mau’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah yang berarti: nasehat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah merupakan kebalikan sayyi’ah yang artinya kebaikan lawannya kejelekan.
Adapun pengertian secara istilah, ada beberapa pendapat antara lain:
 menurut Imam Abdullah bin Ahmad An-Nasafi yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah “Al-Mauizhah Al-Hasanah” adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau Al-Qur’an.
 menurut Abd. Hamid Al-Bilali Al-Mau’izhah Al-Hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan yang Allah dengan menberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
Dari beberapa definisi diatas, mauizhah hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk: nasihat atau petuah, bimbingan, pengajar (pendidikan), kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (Al-Basyir dan Al-Nadzir), dan wasiat (pesan-pesan)
Jadi kesimpulan dari mau’idzatul hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan; tidak membongkar atau membeberkan kesalahan orang lain sebab kelemahan-kelemahan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada larangan dan ancaman.

3. al-Mujadalah Bi-Al-Lati Hiya Ahsan
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa perngertian Al-Mujadalah (Al-Hiwar) dari segi istilah. Al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argementasi dan bukti yang kaut.

E. Selalu memperbaharui strategi dakwah islam secara alternative sesuai dengan tingkat kesulitan problem masyarakat yang dihadapinya agar supaya strategi tersebut tidak mengedepankan target kuantitatif, tetapi lebih mengutamakan capaian kualitatif terutama tercerahnya wawasan dan perilaku islami masyarakat.

Pembaharuan strategi dakwah islam atau reformasi strategi dakwah islamiyah dalam era millennium ketiga adalah agenda sosialisasi doktrin (teks) agama islam yang secara visi-konseptual selalu direformasi sesuai dengan konteks perubahan social budaya lewat formulasi strategi dakwah yang fokus terhadap berbagai problematika matra, struktur yang terkadang sangat kontradiktif dengan urgensi pembelaan harkat martabat kemanusian khususnya karena makin menguatkan hegomoni entitas kultur modernisme.

Ada empat visi-konseptual dalam reformasi strategi dakwah islamiyah antara lain:
1. Visi teologi, bahwa dakwah islamiyah berorientasi pada konsistensi integral antara iman (spiritual-metafisis) dan amal saleh sebagai ekspresi jiwa yang syahdu (mesra) dalam berinterksi dengan Allah SWT. Berhubungan dengan yang diatas yang perlu direformasi adalah wawasan keagamaan yang parsial (sepotong-sepotong) harus dikritisi (diperbaiki) dalam bentuk re-formulasi wawasan baru yang meng-integrasikan dimensi aqidah (teologis) kedalam setiap prilaku nyata sehari-hari.
2. Visi syari’at, bahwa dakwah islamiyah berorientasi pada kewajiban beribadah mahdhah atau mu’amalah sebagai bukti kongkrit penjabaran kualitas keberiman kepada Allah SWT, yang mana dominasi alasan fiqhiyah harus dperseimbangkan dengan urgensi spirit matra-matar keihlasan sehigga produk perilaku nyata selalu berdimensi etika yang luhur dan bekemanusian, untuk memperoleh kepuasan batin.
3. Visi sosio-struktural, bahwa Dakwah islamiyah terfokus pada meresponsi konteks agar perubahan social yang dikreasikan bisa lebih baik, tanpa ekses ketercerabutan dari budaya lokal yang tetap baik dan dinamis, dimana kontek hegemoni aneka kultur moderenisme yang mengglobal dan segenap efek negatifnya harus dipahami dan serius diantisipasi (seperti materialisme, sekularisme) agar dalam konsep Dakwah islam itu terkandung tawaran-tawaran inovasi atau solusi yang feasible.
4. Visi strategi kelembagaan, bahwa Dakwah Islamiyah perlu penataan baru (re-strukturisasi) atas management organisasi yang ada, baik dalam aspek SDM maupun aspek system operasional dan penadaannya, yang mana secara periodik menyelenggarakan pelatihan intensif tentang strategi Dakwah Islamiyah, agar supaya tercetak SDM yang cerdas secara metodologis dan gesit mendatangkan dana kelembagaan sehingga masyarakat bisa merasakan manfaat Dakwah tersebut.

Secara garis besarnya, selain hal-hal yang tersebut di atas, Tujuan Mengkaji Filsafat Dakwah Islam adalah:

pertama, memperkuat apresiasi berpikirnya masyarakat tentang kehebatan nilai agama islam sehingga wajib ditegakkan agar supaya mereka benar-benar merasakan bahwa islam memang bermuatan “Rahmatan lil ‘Alamin”. Kedua, Dakwah islam akan lebih efektif dan disegani jika disampaikan secara lengkap lewat metode lisan atau pemikiran yang konseptual dan diverifikasi dengan inovasi kongkret (pembuktian) yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Ketiga, Cerdas Meresponi masalah (problematika) baru dalam bentuk solusi pemikiran islam alternatif yang dilengakapi dengan konsep inovasinya (jalan keluar) secara kontekstual sehingga masyarakat terindar dari keterbelakangan yang akut. Wallahu A’lam

14 komentar:

Yudhi Selasa, Januari 13, 2009  

Makasih atas kunjungannya

http://yudhim.blogspot.com/

Anonim,  Senin, Januari 19, 2009  

wah, tulisannya bagus banged. saya buta filsafat nih. terima kasih kunjungannya, mohon maaf baru terrespon, lagi sibuk berat. linknya udah terpasang kang.

Anonim,  Rabu, Januari 21, 2009  

Maaf mas..saya baru bisa datang berkunjung...
Bukan maksud saya untuk tidak menggubris komen anda...
Tapi selama 2 mgu saya memang tidak bisa ngeblog...karena saya baru saja tertimpa musibah.
Dan saya sedikit terkejut dengan komen anda di blog saya yg berbunyi seperti ini : urzais "WAAAHHH....keoment ku g digubris.....ya.....padahal niat baek lo....menjalin tali silaturahmi.....sebagaimana rosululla saw mengajarkan kepada kita..."

Maaf kalau saya memang belum bisa menanggapi komen dari anda

Akan saya cek lagi Shoutbox saya satu per satu...
Sekali lagi maaf kalau saya membutuhkan waktu yg cukup lama untuk membalas komen anda...banyak sekali komen yg harus saya balas..dan saya mohon anda bisa bersabar...

Terima kasih...

Anonim,  Kamis, Januari 22, 2009  

makasih sudah berkunjung ketempatku...
salam kenal juga yahh..

Liza Marthoenis Senin, Januari 26, 2009  

assalamualaikum,..makasih sudah berkunjung

Anonim,  Selasa, Februari 03, 2009  

makasi ya uda comeng di gubukku ..hee
uda di folow thu

DavidMIqbal Kamis, Februari 05, 2009  

assalamualaikum...makasih dah berkunjung....wah blognya ttg agama....salut saya..

Anonim,  Jumat, Februari 06, 2009  

nice blog... :)

salam kenal... ;)

AMY Rabu, Februari 11, 2009  

senang sekali bisa mengenal anda

buJaNG Sabtu, Maret 28, 2009  

Wah... lumayan nih makalahnya. Bisa di copy... :D

asTro_nauT,  Selasa, Mei 12, 2009  

tulisanny manfaat tuh,mas.
bisa bantu aq bwat ujian tes lisan filsafat dakwah.
makaciii... lam knl ya?

asTro_nauT,  Selasa, Mei 12, 2009  

tulisanny manfaat tuh,mas.
bisa bantu aq bwat ujian tes lisan filsafat dakwah.
makaciii... lam knl ya?

vheee Minggu, Juni 14, 2009  

great posting.. hmm, tengkyu banget for share..

Anonim,  Minggu, Juni 21, 2009  

bagus bgd postingnya...

Posting Komentar

>--New Recent Comments--<

>-Categories-<

Archives

>--Temen-2- urzais--<

Masukkan Email Anda Untuk Berlangganan:

>--link terkait--<

  © Terima Kasih Atas Kunjungannya

Back to TOP